NO SMOKE, NO DRUG

Rabu, 30 Maret 2011

Nyawa Tak Tertolong Akibat Jadi Perokok Pasif

VIVAnews – Meski sudah berulang kali didengungkan, bahaya menjadi perokok pasif masih sering diremehkan. Entah itu bagi perokok aktif atau perokok pasif.

Namun bagi perokok pasif, sudah saatnya bisa tegas. Tujuannya, agar kejadian yang dialami Noor Atika Hasanah, wanita berusia 28 tahun yang meninggal akibat menjadi perokok pasif, tak terulang lagi.

Bagi wanita yang akrab disapa Tika ini, menjadi perokok pasih bukan pilihan, namun keterpaksaan. Keadaan memaksa inilah yang ternyata mengantarkannya pada kematian. Dalam akun Twitter @tikuyuz, ia mengungkap kalau dirinya terkena penyakit Bronchopneumonia Duplex, yang merupakan jenis penyakit paru-paru kronis.

Setelah berjuang cukup lama melawan penyakit yang timbul akibatnya adanya flek di bagian paru-paru, Tika menghembuskan napas terakhir pada Kamis 30 Desember 2010 kemarin. Kondisi ini sangat menyedihkan. Salah satu pemicu penyakit paru-paru kronis yang dialami Tika adalah karena ia menjadi perokok pasif. Tika bahkan menuliskan dalam akun Twitter-nya "Bagi para ortu perokok, aku mohon banget supaya ngerokok sejauh mungkin dari anaknya supaya jauh dari kemungkinan kena flek paru".

Patut Anda ketahui, kalau menjadi perokok pasif tiga kali lebih berbahaya. Bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya perokok aktif.

Menurut Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya.

Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. Namun, konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia hembuskan.

Racun rokok terbesar sebenarnya dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Sebab, asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.

Untuk mengetahui fakta jumlah perokok pasif berikut beberapa datanya. Data Global Youth Survey tahun 1999-2006, sebanyak 81 persen anak usia 13-15 tahun di Indonesia terpapar asap rokok di tempat umum atau menjadi perokok pasif. "Padahal rata-rata persentase dunia hanya 56 persen," ujarnya.

Survei tersebut juga menunjukkan, lebih dari 150 juta penduduk Indonesia menjadi perokok pasif di rumah, di perkantoran, di tempat umum, di kendaraan umum. Sedangkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 menunjukkan, lebih dari 87 persen perokok aktif merokok di dalam rumah ketika sedang bersama anggota keluarganya.

Dalam cakupan yang lebih luas di tingkat dunia, kematian akibat menjadi perokok pasif juga cukup tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan ‘Swedish National Board of Health and Welfare’ serta ‘Bloomberg Philanthropies’, sebanyak 600 ribu perokok pasif meninggal dunia setiap tahunnya di seluruh dunia.

Penelitian dilakukan dengan menganalisa data perokok di 192 negara di seluruh dunia, sejak 2004. Sekitar 40 persen anak-anak dan lebih 30 persen wanita dan pria menjadi perokok pasif. Berdasarkan analisa, efek buruk menjadi perokok pasif memicu peningkatan kasus kematian akibat penyakit jantung (379 ribu), kematian akibat gangguan pernapasan (165 ribu), kematian karena asma (36,9 ribu) dan kematian karena kanker paru-paru (21,4 ribu).

"Penelitian itu membantu kita mengerti efek buruk rokok. Kombinasi penyakit infeksi dan menjadi perokok pasif adalah kematian," kata Armando Peruga, Program Manager Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tobacco-Free Initiative, yang memimpin penelitian, seperti dikutip Fox News.

Jadi, jika Anda tidak merokok, usahakan untuk tidak berada di sekeliling perokok atau gunakan masker saat di tempat umum. Ini demi kesehatan Anda bukan hanya jangka pendek tetapi juga jangka panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar